Sabtu, 19 Desember 2015

Si Gangsing yang Tetap Lestari di Tamblingan Bali

Bali Gangsing

Permainan Gansing sejatinya tergolong permainan rakyat di daerah agraris seperti di Catur Desa Dalem Adat Tamblingan. Permainan ini tidak diketahui dengan pasti siapa dan sejak kapan diciptakan. Namun hingga kini permainan gangsing tetap dilakukan oleh penggemar gangsing seperti di Desa Munduk, Uma Jero, Gesing, dan Gobleg. "Kalau ditanya sebagian warga tidak tahu , permainan ini sudah ada sejak lama dan kami sendiri sudah mengetahui ada permainan seperti ini kata mereka"

Diawali dengan putaran gangsing yang dilempar pemiliknya. Kemudian gangsing lawan dilemparkan ke gangsing tersebut dengan putaran yang tak kalah kencangnya. Gangsing yang lebih lama berputarlah yang dinyatakan keluar sebagai pemenang. Suasana gembira pun tampak menghiasi raut wajah pemenang. Demikian suasana permainan gangsing tersebar di sejumlah desa di Buleleng. Salah satunya di Catur Desa Adat Tamblingan.Di Desa Tersebut , gangsing yang merupakan salah satu permainan tradisional, hingga kini keberadaannya tetap dilestarikan, Permainan ini menjadi aset seni tradisional yang tetap dijaga kelestariannya.

Setiap akan digelar lomba gangsing, pihak penyelenggara biasanya memusatkan lomba pada arena (sebuah arena). Arena ini biasanya berukuran 10x10 meter. Di dalam area itu dibatasi lagi dengan empat buah kotak persegi dengan ukuran 4 x 4 meter, yang ditandai dengan kapur putih.Perlombaan biasanya diikuti oleh kelompok atau penggemar gangsing dari desa Munduk, Gobleg, Uma Jero dan Gesing. Setiap Kelompok pemain menyiapkan gangsing dengan ukuran besar rata-rata setiap gangsing yang akan diadu memiliki diameter hingga 15 centimeter dengan berat sekitar 1,5 kilogram.

Permainan Gangsing di Catur Desa Adat Tamblingan, mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dapat dicontohkan , jika dulunya hanya memanfaatkan kayu dari pohon jeruk dan pohon limo warga kini memanfaatkan pohon apa saja untuk dijadikan bahan membuat gangsing. Bahkan , jika dulunya warga hanya memanfaatkan bahan gangsing dari kayu yang berukuran besar, namun kini warga menggunakan dari bahan kayu ukuran apa saja. Walaupun ukuran kayuna lebih kecil, warga bisa memanfaatkan lem kayu untuk merekatkan kayuna. Permainan gansing di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan memiliki perbedaan dengan gansing di daerah lain. Biasanya warga menggunakan gansing dengan diameter kecil hanya sekitar lima centimeter, namun di catur desa , minimal diameter gansingnya 10 centimeter." Perkembangan sangat pesat dan terutama kayu yang dijadikan untuk gangsing ini mulai digunakan kayu jenis apa saja. Satu gangsing itu maksimal beratnya 1,6 kilogram dan harga jualnya Rp.250.000 satu buah" .

Setiap lomba gangsing suasananya cukup seru karena masing-masing kelompok ini membawa pendukungnya masing-masing. Setiap pemain memukulkan gansing ke tanah, sorak-sorai pendukung membuat suasana kompetisi sangat terasa. Bahkan, ada kepercayaan di antara empat desa itu ketika akan mengikuti lomba persiapan pembuatan gansing harus mencari hari baik. Sampai kini, warga Catur Desa Adat Dalem Tamblingan masih terus melestarikan permainan gangsing. Bahkan, jika sedang memasuki musim, permainan berlangsung selama tiga tahun penuh setiap minggunya. Namun jika warga sudah jenuh, permainan ini bisa tidak dilaksanakan hingga setahun lamanya. Bukan hanya sekedar menggelar perlombaan, namun permainan gangsing ini mulai menjadi pemikat wisatawan asing yang berkunjung ke Buleleng.

Pementasan permainan gansing terutama di Desa Munduk sedikit mengalami hambatan. Pihak desa sampai saat ini masih berusaha untuk membangun arena untuk tempat perlombaan gangsing. Jika arena ini sudah dibangun, pertandingan pun akan digelar lebih sering dan bisa memberikan kesempatan lebih banyak untuk wisatawan mancanegara menikmati atau bahkan mencoba memainkan gangsing.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Arsip dan Catatan Pribadi Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger