NITIDHARMA DALAM MAHABRATA
Sakamadharma
dan niskamadharma berkorelasi dengan triwarga dan berakhir pada moksa
yang merupakan capaian tertinggi bagi setiap insan manusia. Kemudian
melahirkan siklus nilai relatif yang disebut catur purusa artha yang
terdiri dari dharma, arta, kama dan moksa. Yudistira pernah menanyakan
kedudukan dharma,artha,dan kama sebagai penyangga kehidupan sehari-hari.
Bila triwarga itu demikian penting, maka "diantara ketiganya, yang
manakah lebih tinggi kedudukannya?" demikian Yudistira kepada
Vidura,Vidura menjawab bahwa belajar, meditasi(tapasya), kerendahan
hati, kesederhanaan, keramahtamahan, kebenaran dan pengendalian diri
merupakan elemen-elemen dharma tertinggi.Artha, menempati posisi lebih
rendah dari dharma.
Sedangkan
kama lebih rendah kedudukannya dari keduanya.
Arjuna , sang Mahaartha menimpali bahwa artha memiliki nilai utama
karena membantu realisasi kama. Perburuan kama direalisasikan dalam
kehidupan melalui bekerja dengan tekun, seperti bertani, beternak,
sehingga menghasilkan artha. Dengan artha seseorang dapat menikmati
kesenangan di dunia ini, terutama dapat melaksanakan anjuran dharma,
yaitu melaksanakan yadnya.
Bhimasena, Sang Susastya angkat bicara, bahwa kama atau keinginan
merupakan daya kekuatan penggerak dalam kehidupan. Adanya keinginan itu,
menyebabkan para rsi melakukan kewajiban religius, pengendalian diri,
tapa, para seniman melakukan kreatifitas, para petani tekun bekerja,
para pedagang. Dharma dan artha tiada bernilai tanpa kehadiran kama.
Nakula dan Sahadewa, Sang Aswin menyatakan bahwa dharma dan artha harus
digerakkan secara bersamaan.
Manusia
wajib memegang teguh dharma dan menghasilkan artha tanpa melanggarnya.
Keduanya menyublim bagaikan tirta amrta bercampur dengan madu. Dharma
dan artha ditangan seseorang merengkuh kenikmatan hidup dalam keadaan
ekstase.
Terakhir yudistira menyatakan bahwa moksa merupakan nilai tertinggi yang
harus diusakan. Setiap insan harus melaksanakan kewajibannya
kewajibannya tanpa motif pribadi. Dharma harus dilaksanakan dengan
kegigihan sikap sama terhadap penolakan dosa dan memegang teguh
kebenaran, mencari kekayaan dan menyirnakan kemelaratan, memburu
kenikmatan dan meniadakan penderitaan. Kegiatan tersebut disebut niskama
dharma yang mampu memutus lingkaran kelahiran dan kematian,
mengantarkan menuju tercapainya yg absolut(moksa, brhamaprapti)
Kakek Bhisma mengatakan bahwa moksa merupakan nilai tertinggi yang harus
dicapai (parama purusaartha) Baik penderitaan maupun kenikmatan
sifatnya sementara, yang satu mengikuti yang lainnya dalam siklus kausal
yang dikendalikan oleh keinginan (kama). Diantara keduanya, kama lebih
disukai karena membebaskan manusia dari siklus kebahagian dan
penderitaan. dimana di dalamnya terimplisit doktrin "kebahagiaan diperoleh dengan upaya pengendalian keinginan dan kebahagian diperoleh dengan meninggalkan keinginan"
Ajaran yang terkandung didalam doktrin tersebut ialah, seseorang dapat
mengikuti niskama dharma pada samnyasa(penolakan kenikmatan dunia) dan
melaksanakan yoga. Atau seseorang dapat merengkuh niskama dharma pada
seorang grhi (orang yang hidup berumah tangga) yang diterapkan oleh
vidura.
yang tertinggi ialah dharma dalam artian menerapkan sakama dharma dan
niskama dharma. Ajaran tersebut merupakan ajaran kepemimpinan Hindu
kepada Yudishtira agar menjadi seorang pengusaha ideal. Ajaran ini
merupakan ajaran yang fundamental bahwa seorang raja diikat oleh dharma.
Segala titahnya harus sesuai dengan landasan aturan hukum(dharma),
seorang pemimpin harus mengusahakan:
1.Kesejahteraan seluruh lapisan rakyatnya;
2.Mengamankan negara dari serangan musuh;
3.Menjaga rakyatnya agar senantiasa melaksanakan kewajibannya
4.Memutuskan dengan hati-hati kebijakan perang atau damai.
5.Mengusahakan bala tentara, polisi, dan intelegen yang terlatih dan profesional.
Mahabrata
juga mengajarkan bahwa seorang pemimpin negara wajib melaksanakan
ajaran triwarga yang dikendalikan oleh dharma, bukan oleh kama seperti
dinyatakan oleh Bhimasena. Karena doktrin yang dipegang oleh Bhimasena
ialah doktrin kepala keluarga ideal.
Mahaguru Bhisma agar seorang pemimpin menghindari sifat-sifat sbb:
1.Mendapatkan kekayaan dengan kekejaman.
2.Keberanian dengan membual
3.Berderma kepada orang-orang yang rakus
4.Mempercayai orang-orang yang berhati jahat.
5.Pemenuhan nafsu seksual yang salah.
6.Berpura-pura
bersahabat dengan musuh yang kuat, kemudian pada saat yang sama secara
rahasia mempersiapkan perang pada saat yang tepat terhadap musuh.
Kepada Yudistira , Mahaguru Bhisma memberi nasehat nitidharma agar
seorang raja:
1.menolak kemarahan.
2.setia kepada kebenaran.
3.membagi artha dari istri sendiri.
4.rendah hati.
5.mempunyai anak dari istri sendiri.
6.menjaga kesucian pikiran dan tindakan.
7.tidak melakukan kekerasan.
8.senantiasa hidup sederhana.
9.memperhatikan orang yang lemah.
Nitidharma
yang wajib dilaksanakan seorang pemimpin adalah melaksanakan kewajiban
tanpa didorong oleh motif pribadi dan tidak mengikatkan diri pada hasil
kerja. Bila Niskama Dharma dilakukan dengan tekun dan intens oleh
pemimpin, akan mengantarkannya menuju moksa atau menjadikannya
brhamaprapti. Nitidharma sebuah ajaran yang wajib bagi pemimpin ,
menjaga diri untuk menghindari sifat-sifat terlarang, seperti nasehat
Bhisma kepada Yudistira, Sang Dharmaraja. dan pemimpin menurut
kepemimpinan Hindu ialah Dharmaraja.